Jumat, 27 November 2009

TANIMBAR INDAH TANIMBAR SUSAH

Selama hampir seminggu sejak tanggal 12-17 november 2009 kujelajahi sepertiga wilayah pulau Tanimbar di Maluku Tenggara Barat Propinsi Maluku, Kabupaten yang sebahagian besar wilayahnya adalah pulau-pulau. Kabupaten yang hanya sepelemparan batu sudah sampai ke negara tetangga, Australia.

Tanimbar, pulau yang indah dan eksotik, menyimpan ribuan misteri alam yang belum tergali namun telah mulai di jamah tangan - tangan kotor tak bertanggungjawab. Tangan - tangan yang tidak mungkin berani datang menjamah kalau tak di beri ruang oleh pemerintah setempat.

Beberapa desa kuputari seperti Bomaki, lermatang, alusi, olilit, dan tumbur sampai atubun, tak jua kutemui kemakmuran disana, masyarakatnya sebahagian besar hidup di bawah garis kemiskinan, sementara pemerintah hanya menonton saja kondisi kehidupan masyarakat tersebut. Di desa lermatang kecamatan tanimbar selatan, kepala desanya sungguh hebat, punya ide brilian membuat peraturan desa tentang perlindungan dan pengelolaan kawasan laut untuk jaga-jaga jangan sampai HP3 berlaku di tanimbar namun pemerintah daerah setengah hati mendukung, buktinya, tidak juh dari pemukiman penduduk, pemerintah daerah melalui DKP mengkapling laut untuk budidaya rumput laut yang diusahakan sendiri oleh pemerintah dan masyarakat hanya pekerja saja.

Di Desa Tumbur, berjarak 16 km dari Saumlaki, ibukota Maluku Tenggara Barat, katanya desa wisata, disana ada bapak MODESTUS SILOLONE, bersama istri dan anggota kelompoknya, mereka bergulat membuat kerajinan khas Tanimbar, mulai dari patung, gantungan kunci, kapal-kapalan, sampai kain tenun tanimbar, modal dan bahan baku mereka usaha sendiri dan lagi-lagi pemerintah MTB hanya menonton, tidak sedikitpun menoeh dan memberikan perhatian apalagi bantuan. Ironis, ya hanya kata inilah yang pas untuk menggambarkan perjuangan bapak Modestus da kelompoknya yang sudah dikenal di mnca negara dan dapat menyekolahkan anaknya sampai ke jawa tanpa sesenpun bantuan dari pemerintah.

Bapak Modestus berkata pada saya saat berkunjung kerumahnya : ' seandainya pemerintah mo bantu, katong mungkin su bisa berkembang lebe bae lai, apalagi katong pung anggota kelompok su hamper 60 orang bagini, katong sangat butuh bantuan dari katong pung pemerintah"

Ketika berkunjung kerumah Bapak Felix Miktada, di desa Bomaki, lain lagi yang menjadi kerisauan hati sang Bapak pendiri yayasan SOR SILAE ini kepada saya, " sekarang katong lagi berembuk dengan para tokoh adat untuk beritahu pemerintah kalo HPH sangat merugikan rakyat dan anak cucu di Tanimbar ini kelak kemudian hari" Tanimbar hari ini telah di kepung tangan - tangan kotor pemilik HPH

Wahai pemerintah yang katanya bijak bestari, dimanakah keberpihakan kalian terhadap nasib rakyat negeri.